Oleh : Bayu Aji Pangestu
PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR DENGAN PERKERASAN KAKU
1.1 Latar
Belakang Masalah
Jalan memiliki peranan penting dalam kehidupan
diantaranya memperlancar arus distribusi barang dan jasa, sebagai akses
penghubung antar daerah yang satu dengan daerah yang lain serta dapat
meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat. Perkembangan ekonomi
dapat tercapai dengan dukungan prasarana jalan yang memadai. Dukungan tersebut
dapat diwujudkan melalui usaha-usaha antara lain menetapkan kondisi jalan dan
pembangunan jalan yang memenuhi standar perencanaan.
Pembangunan
jalan baru maupun peningkatan jalan yang diperlukan sehubungan dengan
penambahan kapasitas jalan raya, tentu akan memerlukan metode yang efektif
dalam perancangan agar diperoleh hasil yang terbaik dan ekonomis, memenuhi
unsur keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan. Pelayanan jalan yang baik,
aman, nyaman dan lancar akan terpenuhi jika lebar jalan yang cukup dan tikungan-tikungan
dibuat berdasarkan persyaratan teknis geometrik jalan raya, baik alinyemen
vertikal, alinyemen horizontal serta tebal perkerasan itu sendiri, sehingga
kendaraan yang melewati jalan tersebut dengan beban dan kecepatan rencana
tertentu dapat melaluinya dengan aman dan nyaman. Oleh karena itu, pembangunan
prasarana jalan bukalah hal yang mudah, disamping membutuhkan dana yang tidak
sedikit, juga diperlukan perencanaan yang baik.
Sering kali kita temui banyak
terjadi kerusakan pada jalan yang menyebabkan gangguan dalam kenyamanan
berkendaraan. Perkerasan jalan dapat digolongkan menjadi 2, yaitu: perkeraan
lentur dan perkerasan kaku yang perbedaannya terletak pada pengikatnya, kalau
pada perkerasan lentur memakai aspal sedangkan pada perkerasan kaku memakai
Portland cement. Agregat merupakan suatu bahan keras dan kaku yang digunakan
sebagai bahan campuran, yang berupa berbagai jenis butiran atau pecahan yang
termasuk didalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, terak dapur
tinggi, abu/debu agregat. Aspal adalah bahan pengikat dan bahan penutup lapis
perkerasan dari pengaruh air (kedap air). Aspal merupakan material yang
termoplastis, melunak dan menjadi cair jika dipanaskan dan kental kembali jika
didinginkan.
Kerusakan jalan yang terjadi berdasarkan jenis-jenisnya seperti : alligator
cracking, block cracking, depression, longitudinal dan tranverse cracking,
patching, polished aggregate, rutting, shoving, slippage cracking dan wheathering /
graveling. Adapun penanganan kerusakan jalan yang terjadi memakai metode yang
dipakai harus disesuaikan dengan jenis kerusakan sesuai dengan hasil penelitian
dilapangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kondisi perkerasan jalan
tersebut. Jalan ada yang dibongkar dan ada yang dioverlay sesuai hasil
penelitian tentang tingkat kerusakan jalan tersebut dilapangan. untuk
mengetahui tebal perkerasan jalan yang akan dipakai dalam pelaksanaan proyek
tersebut, maka sangat diperlukan perencanaan untuk menentukan berapa tebal
perkerasan dan bahan lapisan yang dipakai sehingga memenuhi standar untuk
kualitas jalan tersebut.
1.2 Permasalahan
Jalan di Jatake Tangerang merupakan jalan propinsi yang
termasuk type jalan kelas I yang melayani lalu lintas cepat antar regional atau
antar kota yang keadaan tanah dasarnya labil dan sering terjadi settlement
(penurunan), kerusakan jalan tersebut banyak dipengaruhi beberapa faktor antara
lain tingginya jumlah kendaraan yang melewati jalan tersebut, spesifikasi untuk
campuran bahan perkerasan tersebut tidak optimal dan bisa juga kemungkinannya
disebabkan kurangnya quality control pada saat pelaksanaan pekerjaan. maka
untuk itulah perlu dilakukan analisis tebal
perkerasan.
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasikan
kondisi tanah dasar.
2. Mengidentifikasikan beban lalu lintas.
3. Menentukan tebal perkerasan lentur.
4. Menentukan tebal perkerasan kaku.
5. Menganalisa perbandingan antara perkerasan lentur dengan
perkerasan kaku ditinjau dari
segi ekonomi dan pelaksanaan.
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi tanah dasar?
2. Apa saja beban lalu lintas yang terjadi?
3. Apa saja yang menentukan tebal perkerasan lentur?
4. Apa saja yang menentukan tebal perkerasan kaku?
5. Apa saja perbandingan antara perkerasan
lentur dengan perkerasan kaku ditinjau dari segi
ekonomi dan pelaksanaan?