Tugas Ilmu Budaya Dasar Manusia dan Harapan
MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR:
MANUSIA dan HARAPAN
Nama :
Bayu Aji
Pangestu (11315275)
Kelas : 1TA02
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK
SIPIL
2015/2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh
Puji
syukur saya panjatkan kepada Allah SWT , Tuhan semesta alam atas rahmat dan
karunia-Nya, karena makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam kepada suri tauladan Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini membahas tentang “Manusia dan Harapan”, yang berkaitan dengan mata
kuliah softskill Ilmu Budaya Dasar.
Selama
penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dan dalam
bentuk apapun. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Emil yang merupakan dosen ilmu budaya dasar yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan ilmu yang sangat berharga.
2. Orang tua saya yang selalu memberikan bantuan ,motivasi dan semangat untuk
mengerjakkan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna , oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat.
Wassalmu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh
Bekasi, Juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….. 2
BAB I….…………………………………………………………………………………………… 3
BAB II ……….............…………………………………………………………………………….. 6
BAB III …………………………………………………………………………........................…. 12
DAFTAR PUSAKA …………………………………………….....………………………………. 13
BAB I
Pendahuluan
1.1 Pendahuluan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia tanpa harapan,
berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun
mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan itu biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman,
lingkungan hidup dan kemampuan. Misalnya, Rio yang hanya mampu membeli sepeda,
tidak mungkin mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seseorang yang mempunyai
harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau
orangitu seperti peribahasa “Si Pungkuk merindukan bulan”.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada
diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapannya
terwujud, maka selain berusaha dengan sungguh-sungguh, manusia tak lepas atau
tidak boleh bosan berdoa. Hal ini disebabkan karena antara harapan dan
kepercayaan itu tidak dapat dipisahkan. Harapan dan kepercayaan itu adalah
bagian dari hidup manusia. Tiap manusia mempunyai harapan dan juga pasti
mempunyai kepercayaan kepada Tuhan YME. Karena itu wajarlah kalau harapan itu
banyak menimbulkan daya kreativitas seniman untuk mencipta seni. Banyak hasil
seni seperti: seni sastra, senipatung, seni film, seni lukis, seni musik,
filsafat yang lahir dari kandungan harapan dan kepercayaan.
Tuhan adalah tumpuan segala harapan. Kepada-Nya kepercayaan
di utamakan sepenuhnya. Berhasil tidaknya suatu harapan itu tergantung dari
usaha orang yang mempunyai harapan. Dengan terbahasnya masalah kehidupan manusia
ini, diharapkan kita semua terbuka hati dan pikiran, sehingga mempunyai
persepsi, penalaran, wawasan yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia
yang tertuang dalam hasil budaya. Dengan melalui hasil budaya bangsa diharapkan
pula kita akan dapat memahami dan menghayati tingkah laku, norma-norma social
dan nilai-nilai yang terkandung dalam hasil budaya itu, sehingga kita akan
lebih manusiawi sebagai salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu harapan?
b. Apa
penyebab manusia mempunyai harapan?
c. Apakah harapan dan cita-cita sama?
d. Apa pengertian doa?
e. Apa itu kepercayaan?
f. Bagaimana cara kepercayaan dan usaha ditingkatkan?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan pengertian harapan
b. Menjelaskan apa sebabnya manusia mempunyai harapan
c. Memaparkan penjelasan harapan dan
cita-cita
d. Menjelaskan pengertian doa
e. Menjelaskan tentang kepercayaan
f.
Menjelaskan
kepercayaan dan usaha untuk ditingkatkan
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Pengertian Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa
harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal
sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda,
biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai
harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang
itu seperti peribahasa "Si pungguk merindukan bulan"
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
harapan, misalnya Rio mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi
tidak ada usaha, tidak pemah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai.
Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada
diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan
terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa.
Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya
sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan
harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak
terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar
harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu :
- keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
- pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang
lebih baik atau meningkat.
2.2 Penyebab Manusia Mempunyai Harapan
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap
Lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah
suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satupun manusia yang
luput dari pergaulan hidup. Di tengah-tengah manusia lain itulah, seseorang
dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan orang
lain yaitu dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
2.2.1 Dorongan Kodrat
Dorongan Kodrat Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan
alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan
oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau
harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Kodrat juga
terdapat pada binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawa dan
kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan
manusia lain. Dengan Kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
2.2.2 Dorongan Kebutuhan
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam
keebutuhan hidup. Kebutuhan hidup pada dasarnya dapat
dibedakan atas Kebutuhan Jasmani dan Kebutuhan Rohani. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama
dengan manusia lain. Hal ini disebabkan , kemampuan manusia sangat terbatas ,
baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikir.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan kodratnya Harapan dan Kebutuhan Manusia
yaitu :
a) kelangsungan hidup (survival)
Untuk melangsungkan hidupnya manusia membutuhkan sandang,
pangan dan papan (tempat tinggal). Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat
sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu lahir di bumi
menangis, ia telah mengharapkan diberi makan/minum. Kebutuhan akan makan/minum
ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup manusia
b) keamanan ( safety )
Setiap orang membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir
ia telah membutuhkan keamanan. Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda
minta perlindungan. Setelah agak besar, setiap anak menangis dia akan diam
setelah dipeluk oleh ibunya. Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa
aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun
orang lain dapat memberi rasa aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara
memperoleh kemanan moril bagi pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya
dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan
keamanan yang diharapkan.
c) hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
Tiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan
manusia maka tumbuh pula kesadaran akan hak dan kewajiban. Karena itu tidak
jarang anak-anak remaja mengatakan kepada ayah atau ibu. “Ibu ini kok
menganggap Reny masih kecil saja, semua diatur!” Itu suatu pertanda bahwa anak
itu telah tambah kesadaran akan hak dan kewajibannya.Bila seorang telah
menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai
harapan untuk dicintai dan mencintai.
Sebab umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak
sesuai dengan alamnya.
d) diakui lingkungan (status)
Setiap manusia membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa
manusia hidup, Status itu penting, karena dengan status orang tahu siapa dia
Harga diri orang antara lain melekat pada status orang itu. Misalnya ada anak
haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik dan tidak berdosa sebab yang
berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap memberikan cap yang negatif.
e) perwujudan cita-cita (self actualization)
Selanjutnya manusia berharap diakui keberadaannya sesuai
dengan keahliannya atau kepangakatannya atau profesinya. Pada saar itu manusia
mengembangkan bakat atau kepandaiannya agar ia diterima atau diakui
kehebatannya.
2.3 Persamaan
Harapan dan Cita-cita
Harapan berasal dari kata harap yang berarti
keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang
diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia
yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan
meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli
warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan
hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan
tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Cita-cita merupakan Impian yang disertai
dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita bermimpi untuk
menjadi netpreneur yang sukses, ya… harus di sertai tindakan jangan cuma
berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktu sehingga kita
punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari
kecil kita pasti dinasehati oleh orangtua, guru ataupun buku untuk
menggantungkan cita-cita setinggi langit. Semua itu memang benar karena dengan
adanya cita-cita atau impian dalam hidup kita akan membuat kita semangat dan
bekerja keras untuk menggapai kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang
dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi, dukungan orang lain
dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir
karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya jangan
terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi jika
tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter.
Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn / spmb
kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan cita-cita.
Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk menjadi orang
yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang berkecukupan. Untuk
mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa mempelajari kisah
sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi hidup seperti laskar
pelangi.
Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka
harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada
umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan
yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya
dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
2.4 Pengertian Doa
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan
hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya.
Sedangkan sikap khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya
merupakan hakikat pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya
sesuatu yang dimohonkan.
Pengertian doa bagian dari ibadah adalah bahwa kedudukan doa
dalam ibadah ibarat mustaka dari sebuah bangunan mesjid. Doa adalah tiang
penyangga, komponen penguat serta syiar dalam sebuah peribadatan. Dikatakan
demikian karena doa adalah bentuk pengagungan terhadap Allah dengan disertai
keikhlasan hati serta permohonan pertolongan yang disertai kejernihan nurani
agar selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi.
2.5 Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau
meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan
pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar
kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimilik seseorang,
bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari
orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu
disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi
masalahnya, melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak.
Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut
kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu
makin besar kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap
diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan - langsung atau tidak langsung
kepada manusia. Kewibawaan pemberi kebenaran itu ada yang melebihi besamya .
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Hak berpikir
bebas, hak atas keyakinan sendiri menimbulkan juga hak ber agama menurut
keyakinan. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan
menghormati kepercayaan orang yang beragama itu, Dasarnya ialah keyakinan
masing-masing.
2.6 Berbagai Kepercayaan dan Usaha Meningkatkannya
Dasar
kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu
dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi
manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha
Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang,
dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada
saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu
sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata
hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi orang itu dipercaya
karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun
janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3. Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis menurut etika, filsafat
tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhan
langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau setidak-tidaknya Tuhanlah
pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah ciptaan Tuhan. Semua mengemban
kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu raja, langsung dikaruniai
kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari
rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat adalah negara, rakyat itu menjelma
pada negara. Satu-satunya realitas adalah negara). Manusia sebagai seorang
(individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti hanya dalam masyarakat, negara.
Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, kedaulatan mutlak pada
negara, negara demikian itu disebut negara totaliter. satu-satunya yang
mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak mempunyai hak, ia hanya
mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis
ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber
kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga negara percaya
kepada negara/pemerintah.
4. Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting,
karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh
Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan
itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa
manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat
itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab tidak ada tali
penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari
padanya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu
menyertai manusia.
Kepercayaan atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi
yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan dan Saran
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya
sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat
terjadi. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian
tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang.
Harapan bukan hanya terucap dari mulut saja melain dan dengan usaha dan doa,
tanpa usaha dan doa pasti harapan terbuang dengan sia-sia. Harapan juga, harus
dibarengi oleh rasa optimis karena optimis adalah faktor mengharapkan sesuatu yang terbaik dari situasi tertentu.
Harapan setiap
orang berbeda-beda tergantung pada keinginan individu dan dorongan orang
sekitarnya. Usaha untuk meraih sebuah harapan harus disertai dengan do’a dan
kerja keras. Di lain sisi, cita-cita tak bisa dipisahkan dari harapan karena
biasanya adanya cita-cita yang ingin dicapai akan munculkan sebuah harapan
untuk meraih cita-cita seperti adanya visi dalam organisasi akan munculkan misi
organisasi tersebut. Manusia sangat menginginkan cita-cita dan harapan yang
sangat baik dan bagus untuk dirinya selama hidup. Cara untuk meraih hal
tersebut dengan bekerja keras, berdo’a, pantang menyerah, berpikir optimis, dan
memiliki semangat yang tinggi.